2/30
Kalau dilihat dari gambar, itu hanya sebuah gamis biasa yang di jual dimana², banyak yang menjual di pasar atau beberapa online shop, yang penting cukup menyediakan uang saja kita bisa langsung mendapatkannya, namun tidak bagi saya gamis ini adalah sebuah karya terbesar yang pernah saya buat. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dalam pembuatan gamis ini.Semua berawal dari salah satu sahabat yang belajar hijrah untuk memakai pakaian syari, saya yang notabene sudah terbiasa memakai gamis dan badan yang cukup berisi tentu tidak masalah untuk membelinya di toko karena ukurannya cocok untuk saya. Tapi saya juga bukan tipe orang yang suka belanja. Palingan beli baju satu kali setahun itupun pas lebaran. Atau pas suka banget dengan modelnya. Namun berbeda dengan sahabat saya satu ini, karena baru memulai membeli baju syari, tentu dia banyak mencari koleksi² terbaru untuk digunakan. Saat dibeli di toko, sayangnya karena tubuhnya yang imut, banyak pakaian yang dipasaran kebesaran untuk dipakai, kalau udah dibeli pasti dia harus mempermak dulu. Jadi akhirnya dia memutuskan untuk membuat saja ke tukang jahit. Berhubung kami kuliah di kota bukittinggi, kota Wisata sekaligus kota tekstil, dimana produksi pakaian se sumatera barat hampir semuanya berasal dari kota ini. Tentu membeli dasar kain lebih murah dibandingkan kota² yang lain.
Mulailah dia membuat gamis² dengan bantuan tukang jahit. Tapi setelah dipikir² jika membuat baju di bandingkan beli di pasaran jauh lebih mahal, untuk 1 buah gamis modal yg harus dikeluarkan sekitar 200 ribu- 250 ribu itu sudah termasuk bahan upah jahit. Namun jika dibeli dipasaran harganya bisa setengah dari itu. Salah satu dosen kami juga menginspirasi, disamping mengajar dia juga bisa menjahit dengan model yang tidak kalah bagus dengan yang ada di online shop. Sahabat saya memiliki pikiran bagaimana kalau dia juga belajar menjahit,,,, saya cukup tertarik dengan itu. Tapi karena saya tinggal di padang panjang dan perkuliahan sudah selesai untuk pergi ke bukit tinggi belajar menjahit sungguh melelahkan rasanya. Jadi sahabat saja yang belajar menjahit tadi. Sampai akhirnya dia bisa menyelesaikan sepasang baju tidur dan baju gamis yang cantik. Secantik orangnya πππ
Setelah tamat kuliah, selagi menunggu panggilan pekerjaan, saya teringat dengan belajar menjahit tadi. Kalau tidak ke bukittinggi ya di kota saya tinggal saja belajarnya. Akhirnya saya teringat pada sepupu saya baru belajar menjahit juga dan diajarkan oleh kenalannya, dan saya tanyakan padanya. Pertengahan desember Rupanya Allah memberikan kado ulang tahun terindah yaitu saya dapat belajar menjahit gratis, salah satu program pemerintah untuk meningkatkan sumber daya masyarakat. Padahal kalau memang saya mengikuti kursus menjahit normal harganya mencapai 1-4 juta rupiah. Syukur alhamdulillah Allah memberi kesempatan kepada saya untuk bisa belajar. Tidak hanya gratis tapi bahan, mesin, juga disediakan disana jadi saya tinggal menggunakan nya untuk belajar, mulai dari membuat pola dasar, memotong kain, menjahit rok, celana bahkan kami di belikan kain untuk seragam.
Akhirnya pertemuan kami selesai diakhir desember, saya hanya mengikuti kursus selama 11 hari, tapi banyak sekali ilmu yang didapat. Dulu mama juga sudah mempunyai mesin jahit tapi karena sudah tidak pakai lagi, jadi mesinnya macet setelah di bawa ke rumah sakitnya alhamdulillah mesin jahitnya sudah sembuh dan bisa saya gunakan lagi. Di rumah saya ingin mempraktekkan pelajaran yang saya dapatkan di tempat latihan, alhamdulillah lagi, saya tidak perlu membeli kain karena di rumah ada dasar kain dari sekolah tempat mama mengajar yang belum dijahit . Dari situ saya belajar membuat rok untuk adik saya. Dan saya mencoba kreasi baru dengan membuat gamis.
Pembuatan gamis ini tak semudah yang saya bayangkan. Karena saat belajar saya cuman belajar pola dasar, untuk membuat kreasi saya harus berpikir keras, Mulai dari membuat Pola, memotong kain, awalnya saya ingin model yang satu, tapi karena susah akhirnya saya memutuskan model yang lain, karena kain sudah dipotong, saya harus mensiasatinya. Kesabaran yang besar harus saya miliki saat menjahit, saat jarum patah, memasukkan benang dalam lubang jarum yang kecil, salah jahit hingga bongkar jahit bongkar jahit, dari pagi sampai malam duduk dibelakang mesin jahit, alhamdulillah akhirnya saya bisa merasakan nikmat buahnya kesabaran itu. Akhirnya gamis saya jadi ππππ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar